Laporan Penilaian Habitat(Habitat Assesment) pelepasliaran Elang Jawa(Nisaetus bartelsi) di CA/TWA Kawah Ijen, Jawa Timur
Oleh:Yohanes Ama Kayowuan
NPM:10.03.0248
INSTITUT PERTANIAN MALANG
FAKULTAS KEHUTANAN
JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN
2013
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Elang Jawa merupakan salah satu hewan prioritas perlindungan. Keberadaan individu elang Jawa di luar alam/habitat alaminya tanpa adanya surat izin kepemilikan merupakan salah satu permasalahan yang menyangkut pemilik elang maupun bagi elang Jawa itu sendiri. Elang Jawa yang berada di luar alam/habitat alaminya selain di lembaga konservasi hendaknya di kembalikan ke alam sebagai salah satu upayanya yaitu melalui pelepasliaran untuk menjaga sifat alami dari elang Jawa serta upaya untuk meningkatkan jumlah populasi elang Jawa di alam. Menindaklanjuti didapatinya keberadaan elang Jawa di luar habitat alaminya Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur dan Raptor Indonesia (RAIN) melakukan koordinasi dalam upaya pelepasliaran elang Jawa (Nisaetus bartelsi) ke alam. Suatu langkah awal dari proses pelepasliaran yang perlu dilakukan ialah Penilaian Habitat (Habitat assesment). Penilaian habitat diperlukan untuk mengetahui daya dukung habitat tersebut bagi satwa yang dilepasliarkan. Selain itu penilaian beberapa potensi lain bagi habitat baru untuk elang jawa yang akan dilepasliarkan seperti pakan, tingkat persaingan baik antar jenis maupun lain jenis dan tingkat ancaman perburuan.
Mengembalikan satwa sitaan ke alam / habitat alaminya sering dipertimbangkan sebagai pilihan paling populer bagi suatu lembaga yang melakukan penyitaan dan untuk mendapatkan dukungan publik yang kuat. Namun demikian, kegiatan semacam itu memiliki banyak masalah dan resiko yang nyata dan umumnya memberikan sedikit keuntungan. Jika pelepasan satwa-satwa sitaan kembali ke alam/habitat alaminya akan konsisten dengan prinsip-prinsip dan praktek konservasi, maka pelepasan itu seharusnya a) hanya ke dalam satu lokasi di luar wilayah jelajah alami spesies tersebut jika kegiatan itu sejalan dengan Panduan IUCN untuk Re-introduksi untuk suatu introduksi konservasi; dan b) hanya dalam kasus-kasus di mana satwa-satwa tersebut bernilai konservasi tinggi dan atau pelepasan itu bagian dari suatu program pengelolaan. Program pelepasan kembali ke alam apapun harus memasukan pemeriksaan dan pemantauan yang penting untuk mencegah akibat negatif yang potensial timbul. Sumber : Guideline IUCN for reintroduction |
Cagar Alam/Taman Wisata Alam (CA/TWA) Kawah Ijen menjadi lokasi yang direkomendasikan sebagai lokasi pelepasliaran elang Jawa. Pemilihan lokasi dilakukan berdasarkan beberapa kajian sebelumnya yang dilakukan oleh Balai Besar KSDA Jawa Timur serta data yang diperoleh dari Raptor Indonesia Malang serta beberapa sumber lain yang menyebutkan bahwa kawasan CA Kawah Ijen merupakan habitat elang yang masih alami di Jawa Timur. Selain di CA Kawah Ijen penilaian habitat juga dilakukan di kawasan Hutan Lindung (HL) Kawah Ijen yang berbatasan langsung dengan CA Kawah Ijen.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penilaian habitat adalah:
1. Mengetahui daya tampung CA Kawah Ijen sebagai lokasi pelepasliaran Elang Jawa.
2. Mengetahui tingkat kompetisi baik antar jenis maupun jenis lain, sumber pakan serta ancaman perburuan pada elang Jawa yang akan dilepasliarkan.
3. Menentukan titik kandang habituasi elang jawa yang akan dilepasliarkan.
II. MATERI DAN METODE
A. Waktu dan Tempat
Kegiatan Penilaian Habitat Pelepasliaran Elang Jawa ini di laksanakan pada tanggal 11- 16 desember 2012 bertempat di CA kawah Ijen.
B. Alat dan Objek
Alat yang di gunakan dalam Survey ini adalah kamera,Alat tulis menulis,talyshet,Binokuler,teropong sedangkan objek yang di teliti adalah Sumber pakan Elang Jawa dan Tempat Pelepasan Elang Jawa.
C. Metode
Metode yang digunakan adalah Point sensus (Point Count) dan acak (Random). Untuk mengetahui tingkat kompetisi antar jenis elang jawa digunakan metode Point Count dengan waktu pengamatan 10 – 30 menit dengan jarak antar titik pengamatan 30 – 100 meter sepanjang kawasan CA (7 km). Sedangkan untuk mengetahui titik lokasi kandang habituasi menggunakan metode acak dilokasi CA dan Hutan Lindung (HL).
Penilaian habitat dilakukan selama 6 (enam) hari mulai dari tanggal 11 – 16 Desember 2012 dilokasi CA dan HL Kawah Ijen dengan lokasi/jalur pengamatan yang sama. Pengamatan dan pengidentifikasian jenis satwa yang ditemukan menggunakan teropong binokuler dan pendokumentasian dilakukan dengan bantuan kamera digital.
III Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan 62 jenis burung dari 22 Familly (Lampiran. 1). Beberapa jenis burung merupakan sumber pakan dari elang Jawa. Sedangkan dari jenis yang menjadi kompetitor elang jawa ditemukan 5 jenis elang yang merupakan populasi alami di CA/TWA dan HL Kawah Ijen(Tabel. 1). Beberapa jenis elang yang ditemukan merupakan jenis yang umum dan yang menarik adalah temuan satu jenis yang menjadi catatan baru untuk kawasan CA/TWA Ijen yaitu Elang-perut Karat(Lophotriorchis kienerii). Selama penilaian habitat setidaknya 3(tiga) kali perjumpaan elang perut karat baik individu dewasa(indukan) dan individu remaja.
Tabel. 1. Jenis elang yang ditemukan di CA dan HL Kawah Ijen
No | Nama Jenis | Jumlah | Keterangan | |
Indonesia | Latin | |||
1 | Sikep-madu Asia | Pernis ptilorhynchus | 1 | Jenis Migrant |
2 | Elang-ular Bido | Spilornis cheela | 1 | Dewasa |
3 | Elang-perut Karat | Lophotriorchis kienerii | 2 | Dewasa dan remaja |
4 | Elang Hitam | Ictinaetus malayensis | 1 | Dewasa |
5 | Elang Jawa | Nisaetus bartelsi | 2 | Dewasa dan remaja |
Sedangkan untuk jenis satwa lain yang ditemukan selama penilaian habitat adalah 6 jenis Mamalia dan 1 jenis Reptilia. Empat dari enam jenis Mamalia yang ditemukan merupakan sumber pakan utama elang Jawa dan dua jenis lainnya dapat pula dijadikan sumber makanan tetapi bukan termasuk pilihan utama. Namun demikian beberapa sumber menyebutkan elang jawa memangsa anakan Lutung dan Monyet. Selain jenis mamalia dan reptil yang menjadi sumber pakan yang ditemukan di CA/TWA dan HL Kawah Ijen beberapa jenis burung yang menjadi sumber pakan elang jawa juga ditemukan.(Tabel. 2).
Gambar 1. Elang-perut Karat(Lophotriorchis kienerii)
Tabel.2. Jenis-jenis satwa yang menjadi sumber pakan alami Elang Jawa di CA/TWA Kawah Ijen.
No | Nama Jenis | Keterangan | |
Indonesia | Latin | ||
AVES | |||
1 | Ayam Hutan Biasa | Gallus varius | Umum |
2 | Puyuh Gonggong Biasa | Arborophila orientalis | Umum |
3 | Tekukur biasa | Streptopelia chinensis | Umum |
4 | Pergam Hijau | Ducula aenea | Umum |
5 | Pergam Punggung-hitam | Ducula lacernulata | Umum |
6 | Walik Kepala Ungu | Ptilinopus porphyreus | Umum |
7 | Punai Gading | Treron vernans | Umum |
8 | Uncal Kouran | Macropygia ruficeps | Umum |
MAMALIA | |||
1 | Lutung Jawa | Trachypitecus auratus | Umum |
2 | Monyet Ekor Panjang | Macaca fascicularis | Umum |
3 | Tupai | Tupaia kekes | Umum |
4 | Tupai Terbang | Petaurista petaurista | Umum |
5 | Bajing | | Umum |
REPTILIA | |||
1 | Bunglon | | Umum |
Secara umum daya dukung sumber pakan di CA/TWA Kawah Ijen dan Hutan Lindung cukup melimpah untuk komunitas raptor yang ada di kawasan tersebut. Hal tersebut dapat disimpulkan dari temuan jenis raptor selama penilaian habitat berlangsung. Sumber pakan alami yang melimpah menjadi jaminan bahwa ketersediaan pakan di lokasi pelepasliaran cukup aman. Dari hasil penilaian habitat dan inventarisasi jenis satwa yang menjadi pakan alami setidaknya 14(empatbelas) jenis yang ditemukan di kawasan CA/TWA kawah ijen.
Titik Kandang Habituasi
Selain untuk mengetahui beberapa parameter penting sepert kelayakan habitat, kompetitor dan sumber pakan alami elang jawa di habitat barunya juga untuk menentukna titik/lokasi kandang habituasi. Berdasarkan kandang habituasi hasil kegiatan pelepasliaran elang yang telah dilakukan dari tahun 2004 hingga saat ini lokasi kandang habituasi berada diluar hutan alami yang menjadi habitat penting bagi elang jawa. Pemilihan lokasi yang sedikit terbuka lebih menguntungkan bagi elang yang dilepasliarkan juga bagi tim yang akan melakukan pemaantauan pada saat habituasi serta pada saat paska pelepaliaran.
Dari hasil penilaian habitat yang dilakukan selama 4(empat) hari lokasi yang cocok untuk kandang habituasi berada di kawasan pengelolaan Hutan Lindung yang berbatasan langsung dengan kawasan cagar alam. Lokasi tersebut dipilih dikarenakan lokasi di cagar alam tidak ada yang memenuhi kriteria seperti:
1. Cagar Alam memiliki tipe vegetasi yang rapat mulai dari semak belukar hingga tegakan yang tinggi.
2. Topography/landscape yang memiliki kemiringiaan hingga 40 derajat tidak memungkinkan untuk kandang habituasi.
Gambar 2. Lokasi/titik kandang habituasi yang mengarah ke Hutan Alami
Sedangkan untuk lokasi yang berada di area hutan lindung mempunyai kriteria yang dimaksud seperti diatas. Lokasi berada pada area terbuka yang mengarah ke hutan alami. Kebutuhan habitat pada proses pelepasliaran adalah 50% hutan alami, 25% hutan skunder dan 25% hutan bukaan(semak, kebun dll) dan kriteria tersebut dapat dipenuhi di CA/TWA dan HL kawah Ijen. Selain kondisi habitat yang disebutkaan diatas, sumber daya dukung lain seperti sumber air yang ada di kawasan tersebut juga memenuhi. Sepanjang kawasan 7km ditemukan 3(tiga) sumber air yang melintasi kawasan tersebut. Elang jawa selama ini diketahui selalu ditemukan berada dikawasan yang sumber airnya cukup bagus dan kriteria tersebut sangat memenuhi untuk tahapan pelepasliaran yang akan dilakukan.
3. Rekomendasi
Dari hasil penilaian habitat yang dilaksanakan selama 4(empat) hari di kawasan CA/TWA dan HL kawah Ijen beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai bahan rujukan untuk pengambilan kebijakan adalah sebagai berikut:
1. Kawasan CA/TWA dan HL Kawah Ijen memungkinan untuk dilakukan pelepasliaran sebagai bentuk re-populasi elang jawa di kawasan tersebut.
2. Perlu dilakukan inventarisasi secara serius untuk populasi alami elang jawa yang ada di kawasan CA/TWA Ijen terkait dengan peningkatan populasi 3% satwa prioritas khususnya elang jawa.
3. Titik/Posisi kandang habituasi berada di kawasan Hutan Lindung yang berbatasan langsung dengan kawasan CA/TWA. Titik kordinat S 08.07720 – E 114.22297.
Lampiran.1
No | Nama Jenis | | | No | Nama Jenis | |
| Nama Indonesia | Nama ilmiah | | | Nama Indonesia | Nama ilmiah |
Accipitridae | | | Dicruridae | | ||
1 | Sikep-madu Asia | Pernis ptilorhynchus | | 32 | Srigunting kelabu | Dicrurus leucopaeus |
2 | Elang-ular bido | Spilornis cheela | | Paridae | | |
3 | Elang perut-karat | Lophotriorchis kienerii | | 33 | Gelatik-batu kelabu | Parus major |
4 | Elang hitam | Ictinaetus malayensis | | Sittidae | | |
5 | Elang Jawa | Spizaetus bartelsi | | 34 | Munguk beledu | Sitta frontalis |
Phasianidae | | | 35 | Munguk loreng | Sitta azurea | |
6 | Puyuh-gonggong biasa | Arborophila orientalis | | Timaliidae | | |
7 | Ayam-hutan hijau | Gallus varius | | 36 | Pelanduk semak | Malacocinla sepiarium |
Columbidae | | | 37 | Cica-kopi melayu | Pomathorinus montanus | |
8 | Punai gading | Treron vernans | | 38 | Berencet kerdil | Pnoepyga pusilla |
9 | Walik kepala-ungu | Ptilinopus porphyreus | | 39 | Tepus-pipi perak | Stachrys melanothorax |
10 | Pergam hijau | Ducula aenea | | Turdidae | | |
11 | Pergam punggung-hitam | Ducula lacernulata | | 40 | Cingcoang coklat | Brachypteryx leucophrys |
12 | Uncal kouran | Macropygia ruficeps | | 41 | Meninting besar | Enicurus leschenaulti |
13 | Tekukur biasa | Streptopelia chinensis | | 42 | Ciung-batu kecil-Sunda | Myiophoneus glaucinus |
Cuculidae | | | 43 | Anis sisik | Zoothera dauma | |
14 | Kangkok ranting | Cuculatus saturatus | | Silviidae | | |
15 | kadalan birah | Rhampococcyx curvirostris | | 44 | Cikrak muda | Seicercus grammiceps |
Apodidae | | | 45 | Cikrak daun | Phylloscopus trivirgatus | |
16 | Walet linchi | Collocalia linchi | | 46 | Cinenen Jawa | Orthotomus sepium |
Coraciidae | | | 47 | Cinenen gunung | Orthotomus cuculatus | |
17 | Tiong-lampu biasa | Eurystomus orientalis | | 48 | Perenjak Jawa | Prinia familiaris |
Bucerotidae | | | 49 | Ceret gunung | Cettia vulcania | |
18 | Julang emas | Rhyticeros undulatus | | 50 | Ceret kuning | Bradypterus seebohmi |
Capitonidae | | | Muscicapidae | | ||
19 | Takur tohtor | Megalaima armillaris | | 51 | Sikatan ninon | Eumyias indigo |
20 | Takur tulungtumpuk | Megalaima javensis | | 52 | Sikatan belang | Ficedula westermanni |
21 | Takur tenggeret | Megalaima australis | | 53 | Kipasan bukit | Rhypidura euryura |
Picidae | | | 54 | kipasan belang | Rhypidura javanica | |
22 | Pelatuk kumis-kelabu | Picus mentalis | | Nectariniidae | | |
23 | Caladi tikotok | Hemicercus concretus | | 55 | Burung-madu gunung | Aethopyga eximia |
Pittidae | | | Dicaeidae | | ||
24 | Paok pancawarna | Pitta guajana | | 56 | Cabai bunga-api | Dicaeum trigonostigma |
Campephagidae | | | 57 | Cabai gunung | Dicaeum sanguinolentum | |
25 | Jinjing batu | Hemipus hirundinaceus | | Zosteropidae | | |
26 | Kepudang-sungu gunung | Coracina larvata | | 58 | Kacamata biasa | Zosterops palpebrosus |
27 | Sepah gunung | Pericrocotus miniatus | | 59 | Kacamata gunung | Zosterops montanus |
Pycnonotidae | | | 60 | Opior Jawa | Lophozosterops javanicus | |
28 | Cucak kuricang | Pycnonotus atriceps | | | | |
29 | Cucak gunung | Pycnonotus bimaculatus | | | | |
30 | Cucak kutilang | Pycnonotus aurigaster | | | | |
31 | Brinji gunung | Iole virescens | | | | |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar