Kamis, 07 Juli 2011

HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN SENGON DAN CARA PENANGGULANGANNYA

A.   Hama
Serangan hama pada tanaman sengon yang perlu diwaspadai adalah hama ulat serendang (Xystrocera festiva). Gejala serangannya terlihat pada kulit pohon yang pecah-pecah, lalu mengeluarkan cairan berwarna coklat sampai kehitaman. .Bahkan, bersamaan dengan cairan tersebut juga keluar serbuk kayu bekas gerekan. Bila tingkat serangan ulat serendang makin mengganas, maka tak dapat dipungkiri pohon itu akan patah. Adapun cara penyerangannya, kumbang-kumbang serendang atau disebut juga "uter-uter ", "engkes-engkes" maupun " boktor wowolan" yang telah dewasa meletakkan telurnya secara berkelompok pada bekas cabang atau luka-luka pohon sengon. Sekali bertelur mencapai 400 butir. Selanjutnya, telur dewasa menetas menjadi ulat dan masa stadium ulat mencapai 5-6 bulan. Ulat-ulat inilah yang melakukan penggerekan pada kulit bagian dalam, atau menyerang kayu muda ke arah bawah. Fase berikutnya, jika ulat hendak menjadi kepompong, biasanya justru mengebor ke dalam batang pohon dan membelok ke arah atas sepanjang kira-kira 20 cm. Di penghunjung pengeboran itulah ulat berubah menjadi kepompong dengan kepala menghadap ke bawah. Masa stadium kepompong 15-21 hari.
Teknis pengendaliannya dapat dilakukan secara mekanis-tradisional. Ambilah kawat kecil lalu masukan ke lubang yang pernah dibuat serendang, dan ikuti arah lubang tersebut, kemudian ditusuk-tusukkan hingga serendang mati. Sedangkan cara lain, dengan model "pantek". Ambil kapuk dan celupkan kedalam insektisida, lalu sumbatkan pada pintu lubang tersebut, maka serendang pun mati. Atau, terpaksa merelakan menebang pohon yang terserang lalu dimusnahkan, agar ulat serendang tidak mejalar kemana-mana.
Selain itu ada beberapa jenis hama lain yang sering menyerang tanaman sengon seperti :
1.    Hama penggerek batang/ Boktor (Xystrocera festiva)
Serangan ditandai dengan adanya luka pada batang.  Telur diletakkan pada celah luka.  Sejak larva menetas segera melakukan aktivitas penggerekan ke dalam jaringan kulit batang. Bahan makanan yang disukai adalah bagian permukaan kayu gubal (xylem) dan bagian permukaan kulit bagian dalam (floem).  Adanya serbuk gergajian merupakan gejala serangan awal.
Pengendalian hama dilakukan dengan mencongkel kelompok telur, menyeset kulit batang tepat pada titik serangan larva boktor sehingga larva jatuh/ terlepas. Pengendalian hama dapat juga dilakukan dengan menggunakan musuh alami parasitoid, predator misalnya kumbang pengebor kayu (Macocentrus ancylivorus) dan jamur parasit (Beauveria bassiana). Pengendalian hama juga dapat dilakukan dengan cara suntik/ bor dan bacok dengan insektisida.
2.    Hama ulat kantong (Ptero plagiophleps)
Hama ini tidak memakan seluruh bagian daun tetapi hanya parenkhim daun yang lunak, menyisakan bagian-bagian daun yang berlilin.  Daun yang terserang terdapat bercak coklat. Pengendalian hama ulat kantong dengan menggunakan insektisida.  Misalnya virtako, ambush, dessin, bomber, karate dan lainnya. Pengendalian hama ulat kantong juga dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida alami.  Berupa campuran 1 kg daun dan batang tembakau yang dihancurkan, ditambah 1 sendok teh sabun colek dan 15 liter air.  Campuran tersebut direndam selama 24 jam.  Setelah itu campuran disaring dan siap untuk disemprotkan.
B.   Penyakit
Tanaman sengon kadang-kadang diserang penyakit akar merah yang disebabkan cendawan Ganoderma pseudoferrum. Gejalanya tampak pada daun yang layu dan rontok sehingga akhirnya sengon bisa mati. Penyakit ini terutama menyerang akar sengon. Jika kulit akar dikupas, tampak benang merah menempel pada kayu akar. Penyakit lain yaitu penyakit madu yang disebabkan cendawan Armillaria mellea. Gejalanya hampir sama dengan penyakit akar merah, namun perbedaannya, dibawah kulit akar terdapat benang-benang berwarna putih. Teknis pengendaliaanya dilakukan dengan melakukan dan membuang pohon sengon yang terserang, membuat selokan isolasi sedalam 1-1,5 m mengelilingi pohon, atau menyempotkan fungisida.
Selain itu ada juga penyakit penyakit karat furu (Uromycladium teperrianum), serangan ditandai dengan pembengkakan (galis) pada batang, ranting, anak ranting dan helaian daun.  Galis merupakan tubuh buah jamur. Penyakit ini menyerang sangat cepat dan menyerang semua tingkatan umur. Pengendalian penyakit karat furu dengan cara mematikan sel-sel penyakit furu, membuang bagian yang terserang, atau mengelupas bagain yang ada galisnya.  Selanjutnya dioles atau disemprot dengan campuran alami agar tidak tumbuh lagi. Campuran alaminya bisa berupa spirtus, atau campuran 5 kg kapur + 0,5 kg garam + 5/ 10 bagian air, atau campuran 1 kg belerang + 1 kg kapur + 10/ 20 liter air. Campuran dioleskan atau disemprotkan 2 minggu – 1 bulan sekali. 

                 : www.migroplus.com/brosur/Budidaya%20Sengon.pdf.